Perbedaan Antara Ujian, Musibah dan Azab Dalam Islam
Musibah, ujian dan azab merupakan tiga kata yang memiliki arti hampir sama. hampir setiap hari kita mendengar bahkan mengucapkan ketiga istilah tersebut walaupun terlihat memiliki arti yang mirip, tapi ada perbedaan diantara ketiga istilah itu.
Salah satu contohnya seperti saat ada orang mendapatkan suatu kesusahan, maka ia kadang berucap kalau dia mungkin kena azab, padahal hal tersebut belum tentu kalau ia sedang mendapatkan azab, mungkin saja ia sedang Allah timpakan musibah ataupun Allah sedang memberinya ujian. untuk itu kita perlu mengetahui dan memahami makna arti dari ketiga kata tersebut sampai kita mengetahui apa perbedaannya, mungkin masih banyak yang belum mengetahui apa yang membedakan dari ketiga istilah tersebut.
Adapun perbedaan antara ujian, musibah dan azab itu sendiri adalah:
Ujian
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pastinya tak akan terlepas dari ujian yang diberikan oleh Allah Ta’ala. ujian itu tidak hanya kesusahan, kesempitan, tetapi juga ujian itu berupa kebahagiaan dan kelebihan rezeki.
Seperti Firman Allah SWT yang artinya:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ ٣١
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhamad: 31).
Allah tidak akan melepaskan manusia itu dari ujiannya, agar dapat diketahui mana orang-orang yang bersabar atau tidak bersabar. Setiap Allah SWT menguji hamba-Nya tentunya sesuai dengan tingkat kemampuannya, dan tak lebih berat dari itu. jika ia berhasil melewati ujian tersebut, maka ia akan dipilih oleh Allah karena termasuk dalam golongan orang yang sabar dan ikhlas.
Rasulullah Bersabda:
Artinya: “Wahai Rasulallah! Siapakah orang yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab, “Para Nabi. Kemudian kalangan selanjutnya (yang lebih utama) dan selanjutnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya“. (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Artinya: “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya“. (HR. Muslim)
Musibah
Dalam Islam, musibah itu tak selamanya dapat diartikan sebagai bentuk murka Allah kepada manusia. Musibah itu sendiri bisa berupa kesusahan, kesulitan maupun kesedihan karena mendapat sesuatu yang tak disukai ataupun tak diinginkan. Tidak seperti Ujian yang selain kesusahan dan kesulitan, juga bisa berupa kesenangan dan kebahagiaan.
Allah berfirman yang artinya:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ ٣٠
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)“. (QS. Asy-Syura: 30)
Sama seperti Ujian, tidaklah Allah ta’ala memberikan musibah kepada setiap hambanya melainkan agar manusia itu sendiri dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya” . (HR. Muslim).
Azab
Azab merupakan siksaan yang dihadapi manusia sebagai akibat dari perbuatan atau kesalahan yang pernah ia perbuat, azab itu sendiri berupa kepedihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang kafir dan orang yang selalu menentang-Nya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah berfirman:
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَدۡنَىٰ دُونَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَكۡبَرِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٢١
“Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)“. (QS. As Sajadah: 21).
Itulah yang membedakan antara Ujian, musibah dan azab.
Ujian dan musibah diberikan oleh Allah kepada orang-orang muslim agar mereka mendapatkan derajat yang tinggi disisi-Nya jika mereka bersyukur dan bersabar serta diikuti dengan hati yang ikhlas. sedangkan azab diberikan kepada orang-orang karena mereka melakukan kesalahan ataupun kejahatan.
Azab juga merupakan balasan atas perbuatan jahat yang mereka kerjakan, baik kejahatan itu besar ataupun kecil, semua akan menerima azabnya sesuai dengan yang diperbuatnya.
Dengan mengetahui dan dapat membedakan antara ujian, musibah dan azab, tentunya kita dapat terus memperbaiki diri kedepannya agar kita lebih dekat kepada-Nya.
Selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita, dan bersabar serta ikhlas menerima segala ujian dan musibah yang diberikan-Nya merupakan cara yang terbaik bagi kita agar lebih dekat kepada-Nya.
SOALAN - Apakah perbezaan antara musibah dengan ujian dan adakah ia mengangkat darjat kita?
JAWAPAN - Sebelum menjawab, kita perlu menganalisis penggunaan lafaz 'musibah' agar tepat digunakan dalam perbincangan ini.
Lafaz 'ibtilaa', 'imtihan', 'fitnah' (bahasa Arab) mempunyai pengertian hampir sama, iaitu dugaan daripada Allah swt ke atas sebahagian hamba-Nya untuk menilai kadar keimanan mereka.
Begitu juga perkataan musibah, bala dan bencana (bahasa Melayu) masih diertikan sebagai ujian dan dugaan Allah ke atas hamba-Nya.
Kata lawan bagi ujian Allah ini ialah 'uquubah', 'azab' dan 'iqaab' (bahasa Arab) yang bermakna hukuman dan balasan.
Terdapat perbezaan antara ujian dan hukuman, seperti berikut:
1. Ujian itu bersifat sementara.
Ujian bersifat sementara dan tidak kekal. Ia wujud hanya untuk menduga keimanan orang yang beriman.
Hukuman atau uquubah adalah balasan kepada mereka yang melakukan dosa dan bersifat kekal abadi.
Biasanya ujian datang dalam bentuk ketakutan, kelaparan, kekurangan wang atau harta dan makanan dan kematian.
Allah swt berfirman: "Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan daripada harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 155).
Dalam sejarah para nabi, beberapa perkara berlaku:
· Nabi Ibrahim as dicampak ke api oleh Namrud.
· Nabi Ayub as pernah ditimpa sakit berpanjangan.
· Nabi Yusuf as dimasukkan ke dalam penjara.
· Nabi Yahya as juga pernah dimasukkan ke dalam penjara.
· Nabi Yunus as dimasukkan ke dalam perut ikan.
· Nabi Muhamad saw pernah diboikot oleh kafir Quraisy di Makkah selama tiga tahun.
Semua ini adalah ujian Allah bagi para hamba-Nya yang beriman. Ia berlaku dalam beberapa ketika sahaja, bukan hukuman atau balasan pedih daripada Allah selama-lamanya.
2. Ujian baik buruk sebagai peringatan atau menyedarkan Mukmin.
Ada juga ujian yang menimpa orang Mukmin berbentuk bencana supaya mereka cepat bertaubat dan sedar daripada kelalaian atau kecuaian yang menghinggapi mereka.
Ada kala ujian ini tidak berbentuk bencana tetapi nikmat yang diberi kepada seorang Mukmin untuk menduga sama ada dia tetap bersyukur kepada-Nya seperti sebelumnya atau kalah dengan perasaan baru yang timbul iaitu berasa bangga dengan pencapaiannya seperti termaktub dalam Al-Quran (Al-Anbiya': 35).
Contoh ujian nikmat daripada Allah yang akhirnya berjaya disyukuri adalah ujian Allah ke atas Nabi Sulaiman yang sangat agung kerajaannya sehingga pengikutnya dapat memindahkan istana Puteri Balkis secepat kerlipan mata seperti yang diterangkan dalam Al-Quran (rujuk Al-Naml: 40).
Contoh ujian nikmat daripada Allah yang akhirnya tidak disyukuri adalah ujian Allah ke atas Qarun yang diberikan harta yang banyak tapi dia mengatakan kesemua kekayaan itu adalah disebabkan oleh ilmunya semata-mata. (Al-Qasas: 78).
3. Ujian itu menjadi azab jika menimpa ahli maksiat.
Sebahagian ulama menyatakan ujian Allah jika ditimpakan ke atas orang yang banyak dosa dan melakukan maksiat dan jika mereka tidak menyedarinya itu sebagai ujian dan tidak bertaubat dengan segera atau gagal dengan ujian-Nya, maka ia bukan lagi ujian tetapi telah menjadi azab yang menimpa seperti yang menimpa Qarun.
Allah menjelaskan bahawa tiada suatu azab menimpa seseorang melainkan kerana pilihan manusia itu sendiri, iaitu tidak berjaya dengan ujian Allah, seperti firman Allah:
"Apa jua kebaikan (nikmat kesenangan) yang engkau dapati maka ia adalah daripada Allah; dan apa jua bencana yang menimpamu maka ia adalah daripada (kesalahan) dirimu sendiri." (Al-Nisaa: 79).
4. Ujian Allah menggugurkan dosa supaya manusia bertaubat.
Ujian itu ada kala bermaksud menghapuskan dosa si Muslim supaya dia cepat bertaubat.
Azab yang menimpa pula adalah kerana banyak dosa dan maksiat.
Nabi saw bersabda: "Tiada seorang Muslim yang ditimpa gangguan sebesar duri sekalipun atau lebih berat daripada itu, melainkan dengan ujian itu Allah swt menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya." (Riwayat Al-Bukhari & Muslim).
Al-Quran juga menjelaskan bencana yang menimpa seorang Mukmin itu bukanlah azab kekal atau balasan atas perbuatannya yang salah, tetapi ia seperti penghapus dosa-dosanya dan penyebab dia melakukan taubat - "Dan demi sesungguhnya, Kami akan berasakan mereka sedikit daripada azab dunia sebelum azab yang besar (di akhirat kelak), supaya mereka rujuk kembali bertaubat." (Al-Sajadah: 21)
5. Ujian menaikkan darjat dengan kesabaran.
Ada sebahagian hamba Allah melihat ujian sebagai satu keuntungan untuk meraih darjat di sisi Allah dengan bersabar.
Allah berfirman: "Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar: (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: "Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali"." (Al-Baqarah : 155-6).
Allah juga berfirman mengenai pencapaian pahala dan darjat yang tinggi daripada ujian-Nya (Al-Zumar: 10).
Hanya dengan ilmu pengetahuan dan takwa diri dapat mengenal mana ujian dan mana azab Allah.
Jangan sampai seseorang yang ditimpa azab menyangka ia ujian.
Tidak rugi pula jika setiap ujian disangka azab supaya manusia insaf dan segera bertaubat daripada segala kesalahannya.
Takkan kita nak kena azab seperti umat-umat terdahulu baru kita nak
kembali pada Allah? Muhasabah.
Ada sekali, saya kenal seorang pakcik yang agak tua, umur sekitar 60-an.
Pakcik ni sakit, dan bukan takat sakit, tapi anak-anaknya langsung tak menjenguk dan tak menziarahinya.
Dan, ketika itu, kami ajak pakcik tu pergi surau untuk solat, tapi pakcik tu jawab
“Ah! Kau apa tahu? Buang masa nak solat solat semua ni! Allah ni menyusahkan aku je! Aku dah doa dia bukannya dengar pun. Lagi aku doa, lagi dia bagi aku kesusahan. Dahla aku sakit, anak-anak aku pulak biadap, langsung tak ziarah aku, menyusahkan aku, langsung tak kenang jasa aku!!!”
Terkejut mendengar jawapan pakcik tu.
Kadang-kadang, saya terfikir, manusia yang normal, lagi dia di timpa kesusahan dan masalah, dia akan lagi cari tuhan, akan lagi cari Allah. Tapi, hari ni, wujud juga orang yang bila di timpa musibah dan kesusahan, dia lagi jauh dari Allah, lagi benci Allah. Terkejut, dan kadang-kadang saya takut kalau ianya berlaku pada diri kita juga.
Wahai kawan….
Orang yang cinta Allah, akan sentiasa bersangka baik dengan Allah. Kadang, Allah bagi kita kesusahan dan kesulitan ada sebab, ada hikmah yang Allah nak berikan pada kita, ataupun, Allah nakkan sesuatu dari kita, atau, Allah nak berikan sesuatu yang amat berharga pada kita. Tapi, kita tak nampak. Apa yang kita tahu hanyalah bersangka buruk dengan Allah, memaki hamun dan menyalahkan Allah, kita sonbong dan makin jauh dengan Allah.
“Apalah dosa aku sampai aku di timpa musibah macam ni…”
“Kenapalah aku yang kena musibah? Kenapa bukan orang lain?!!”
“Kenapa, kenapa, kenapa??!!!!”
Kita hanya tahu mempersoalkan dan menyalahkan Allah. Tapi, kita ni langsung tak pernah muhasabah diri, merenung diri kita sendiri, melihat diri sendiri.
Kawan, cubalah ambil masa. Sekejap pun jadilah. Cubalah renung diri sendiri sekejap.
ALLAH SANGAT BAIK PADA KITA
Sebelum kita merungut dengan kesusahan dan musibah yang Allah timpakan pada kita, cuba kita renung, betapa baiknya Allah pada kita!
Allah baik sangat pada kita, kan?
Allah bagi kita mata, mulut, tangan, telinga. Allah baik sangat kan?
Walaupun kita banyak guna MATA untuk tengok benda yang Allah tak suka, kita tengok ajnabi, kita tengok benda haram, kita tengok dan cari keburukan orang lain, tapi Allah masih bagi kita mata, Allah tak butakan kita.
Walaupun kita banyak guna MULUT untuk mencarut, mengumpat, mengadu domba, megutuk mencaci maki, dan fitnah, tapi Allah masih tak bisukan kita.
Walaupun kita banyak guna TANGAN untuk melukakan orang, menulis benda yang tak elok, search benda haram di internet, membuat lambang mencarut, mencuri dan sebagainya, tapi Allah masih tak kudungkan tangan kita.
Walaupun kita banyak guna TELINGA untuk dengar keburukan orang, dengar orang mengumpat, dengar lagu-lagu yang liriknya berbaur lucah, lirik yang mengajak kita buat dosa seperti lirik tentang couple, pergaulan bebas, seks dan sebagainya, tapi Allah masih tak pekakkan telingan kita.
Allah sangat baik pada kita, kan?
Kadang, kita lupa diri. Kita lupa nikmat yang Allah beri pada kita tidak tertandingi, kita lupa, kita lupa, kita lupa...
Tapi, apakah Allah lupakan kita?
Tidak.
Allah masih beri kita nikmat demi nikmat. Bahkan, Allah RINDU nak dengar suara tangisan dan rintihan kita. Sebab tu Allah timpakan kita kesusahan. Sebab Allah nak dengar suara kita.
Tapi, malangnya, bila kita di timpa kesusahan, kita tak cari Allah. Bahkan, kita salahkan Allah..
"Apa dosa aku ya Allah? Apa dosa aku??"
"Kenapa aku yang kena tanggung semua ni..Kenapa aku??"
Tapi, walaupun kita tak cari Allah tika susah, Allah tetap sayangkan kita, Allah tarik kesusahan tersebut, dan terus bagi kita nikmat, dengan harapan, kita akan kembali pada Allah.
Allah masih bagi kita tempat tinggal, harta, keluarga, kawan-kawan, oksigen, lengkap pancaindera, dan lain-lain. Ye, agar kita kembali pada Allah.
Allah baik sangat pada kita, kan?
Allah sayang kita. Allah tahu kita ni manusia, mudah lupa, mudah terjebak dengan dosa. Sebab tu Allah tawarkan pelbagai ganjaran yang besar-besar agar kita buru ganjaran dan pahala. Tapi, kita masih tak nampak, kita memandang remeh kebaikan, dan memandang remeh orang yang menyeru kepada kebaikan. Tapi, Allah masih sayang kita. Allah tawarkan PENGAMPUNAN yang amat luas pada kita! Kita boleh minta ampun bila-bila, di mana sahaja, Allah sentiasa dekat, Allah sentiasa faham, Allah sentiasa terbuka untuk mengampunkan segala dosa noda kita, kecil atau besar, banyak atau sikit, sengaja atau tak sengaja, semuanya Allah ampunkan. Tapi, berapa ramai yang ingin bertaubat?
Allah baik sangat pada kita, kan?
Takkanlah kerana sedikit kesusahan yang Allah bagi, terus kita lupakan segala yang Allah bagi pada kita?
MUSIBAH ITU TANDA CINTA
Korang dah renung dan fikir bukan?
Betapa banyak gila bapak nikmat yang Allah bagi pada kita dari kita bangun tidur sampai kita tidur balik, Allah bagi kita peluang demi peluang demi peluang, tapi, kita seakan-akan langsung tak menghargai nikmat yang Allah bagi.
Kita guna untuk maksiat, kita lupa Allah. Kita abai banyak suruhanNya.
Sedangkan, tujuan Allah bagi kita segala nikmat tu semua supaya kita gunakan semua tu untuk kembali pada Allah.
So, bila nikmat tak membuatkan kita kembali pada Allah, maka Allah bagi kita kesusahan!!
Kenapa Allah bagi kita kesusahan? Sebab, Allah dah terlalu rindukan kita!
Ya, Allah dah terlalu rindukan kita wahai kawan!!
Sebab, selama Allah bagi kita nikmat, kita terlalu jauh dariNya. Sebab tu Allah bagi kita kesusahan agar kita kembali padaNya. Allah nak kita kembali, Allah nak kita kembali, Allah nak kita kembali!!!!
Sebab tulah Allah bagi kita musibah wahai kawan.
Cuba korang renung hadith-hadith kat bawah. Cuba korang renung dalam-dalam, ya, sedalam-dalamnya, fikir, fikir, fikir….
1) Allah berfirman dalam hadith qudsi:
إن الله عز و جل يقول للملائكة : انطلقوا إلى عبدي فصبوا عليه البلاء صبا فيحمد الله فيرجعون فيقولون صببنا عليه البلاء صبا كما أمرتنا فيقول ارجعوا فإني أحب أن أسمع صوته
“Allah berfirman kepada Malaikat-Nya, “Pergilah kamu kepada hamba-Ku, lalu kamu timpakan bermacam-macam ujian kepadanya kerana Aku suka mendengar rintihannya….”
(HR Baihaqi & Tabrani)
Lihatlah wahai kawan!
Allah bagi kita musibah dan kesusahan adalah kerana Allah “rindu” nak dengar rintihan, rayuan dan tangisan kita!
Mungkin kerana kita dah terlalu lama lalai, terlalu lama tak menangis, terlalu lama jauh, terlalu lama bermaksiat dan leka dengan nikmat, maka Allah bagi kita kesusahan supaya kita kembali sedar yang kita ni kerdil, tak berdaya, penuh dosa, kita ni hamba, dan agar kita kembali tunduk patuh bersujud pada Allah!
Allah timpakan musibah bukan kerana Allah benci dan lupakan kita. Tidak, tidak! Tetapi, kerana Allah amat cinta dan sayangkan kita….
Tapi, apakah yang kita balas? Bagaimanakah kita membalas cinta Allah ini?
2) Hayati dan fahami juga hadith nabi ini:
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَة
“Tidak ada satupun musibah yang menimpa seorang yang beriman berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat darjatnya atau menghapus kesalahannya!!”
(HR Muslim)
Lihatlah! Lihatlah dengan mata hati! Lihatlah dengan jiwa yang tenang!!
Allah bagi kita ujian dan musibah adalah kerana Allah nak ampunkan kita wahai kawan!
Kita banyak dosa, banyak sangat buat dosa, dan lebih parah dari tu, kita lupa nak bertaubat, tapi, Allah nak jugak ampunkan kita, dengan cara bagaimana? Dengan cara, Allah timpakan musibah buat kita, yang mana, kalau kita REDHA dan sabar, Allah akan ampunkan semua dosa kita!!
Betapa baiknya Allah pada kita! Betapa cintanya Allah pada kita semua!!
Tapi, apakah yang kita balas setiap kali kita di timpa kesusahan dan kesakitan?
Adakah kata-kata nista dan cercaan, atau redha serta kembalikan segala pujian padaNya serta meminta ampun dari Allah?
ANTARA UJIAN DAN BALA
Kadang, kita tak tahu nak beza, adakah musibah yang berlaku pada seseorang atau sesuatu tempat itu merupakan satu ujian ataupun bala?
Apakah yang berlaku pada rasul dan sahabat yang di seksa di cerca dan di bunuh itu ujian ataupun bala?
“Adakah taufan dan rebut yang sering berlaku di Amerika itu ujian ataupun bala?
Adakah kematian rakyat palestin, syiria, rohingya dan lain itu ujian atau bala?
Adakah kes kematian ratusan orang di mekah dan di mina tika musim haji itu ujian atau bala?
Adakah apa yang berlaku kepada kaum nabi Nuh yang di tenggelamkan air itu ujian ataupun bala?”
Kadang-kadang, kita tak dapat bezakan mana satu ujian dan mana satu bala. Akibatnya apa? Akhirnya, apa yang berlaku pada kita kita anggap ujian, apa yang berlaku pada kelompok yang kita tak suka, kita anggap itu bala.
Contohnya, banjir yang berlaku kat Kelantan, ada suara-suara yang mengatakan bahawa itu bala. Ada juga yang mengatakan bahawa itu adalah ujian. Ada jugak orang yang melekeh-lekehkan azab Allah.
"Aku buat maksiat, rileks je bahagia. Kau tu, solat bagai, aku tengok hidup kau susah je. Haha..."
Boleh-boleh dia seolah melekehkan perintah Allah.
Semua ni terjadi sebab mereka tak faham, bila sesuatu musibah itu datang, ianya adalah BALA ataupun UJIAN.
Bagi saya, UJIAN dan BALA itu bukan di ukur dengan neraca macam tu.
Bagi saya, kalau sesuatu musibah tu membuatkan kita lebih dekat dengan Allah, maka itu adalah ujian. Tapi, andai satu musibah tu membuatkan kita makin jauh dari Allah, maka, itulah bala!
Saya ulang:
“Kalau sesuatu musibah tu membuatkan kita lebih dekat dengan Allah, maka itu adalah ujian. Tapi, andai satu musibah tu membuatkan kita makin jauh dari Allah, maka, itulah bala!!!”
Yep.
Sebab tu wahai kawan, setiap kali kita di timpa kesusahan, pergaduhan, keretakan rumah tangga, di fitnah, krisis kewangan, kematian orang yang tersayang, kehilangan harta benda, kesakitan, kemalangan dan sebagainya, cepat-cepatlah kembali pada Allah. Janganah di sebabkan benda tu membuatkan kita bertambah jauh dengan Allah.
Kita nak Allah buat apa pada kita baru kita nak kembali bertaubat?
Bila Allah bagi kita kesenangan, kita tak nak taubat,, Kita lalai dan leka, hanyut menggunakan nikmat untuk maksiat.
Bila Allah bagi kita kesusahan, kita marah Allah, kita benci Allah, kita salahkan Allah.
“Kita nak Allah buat apa pada kita baru kita nak kembali pada Allah wahai kawanku?????!!!!”
Fikir dan renunglah wahai kawan!! Adakah Allah yang benci kita atau kita yang benci Allah? Cukuplah kita menjauh. Kembalilah pada Dia. Allah amat menanti kepulangan kita…
Ingatlah wahai kawan, musibah dan bala yang terbesar adalah maksiat. Setiap kali kita bermaksiat, itulah bala dan azab, walaupun tika itu kita berada dalam kesenangan. Sungguh!
Cuba korang hayati kata-kata Ibn Athoillah ini. Hayati sungguh-sungguh, bava berkali-kali!
“Musibah yang sebenar bukanlah orang yang mati anaknya atau kehilangan harta, keluarga atau kekasih. Tetapi, musibah yang sebenar adalah orang yang di hentam dengan dosa, di serang oleh syahwat, dan di hempap oleh pelbagai kesalahan! Inilah musibah yang sebenar!
Mereka menghabiskan waktu mudanya untuk meraih segala kenikmatan, mereka menghabiskan umur mereka untuk melakukan segala maksiat dan perkara terlarang!!
Jangan kau menganggap orang yang berduka dan mendapat musibah adalah mereka yang terkena penyakit, di landa kemiskinan, atau sedang di penjara. Boleh jadi, semua itu membuatkan mereka lebih dekat dengan Allah dan memperoleh redhaNya. Adakalanya kesembuhan itu datang setelah meminum ubat yang pahit.
Tetapi, hakikatnya, yang sebenarnya di timpa musibah adalah mereka yang bermaksiat pada Allah dan tidak bertaubat dari dosa!! Mereka memasukkan kotoran maksiat ke dalam hati mereka yang bersih! Mereka penuhkan neraka dosa dalam kalbu mereka sehingga mereka mati…
Apabila engaku di tanya tentang ‘Apakah yang patut di ratapi?’ , maka, kau jawablah, ‘yang sepatutnya di ratapi adalah seorang hamba yang Allah kurniakan kesihatan dan kekayaan, namun dia menghabiskan kedua-duanya untuk bermaksiat pada Allah….”
(Ibn Athoillah, kitab Bahjah Annufus)
Apa maknanya?
Hakikatnya., bila kita buat maksiat, dan kita tak di timpa azab dan kesusahan, dan di sebabkan itu kita rasa bebas dan tak takut Allah sebab Allah tak berikan "azab" direct, ketahuilah sebenarnya kita telah tertipu dengan diri sendiri. Kita tak tahu, hakikatnya, berterusan dalam dosa itu adalah satu azab yang lebih perit dari di timpa bala bencana!
Saya ulang:
"sebenarnya kita telah tertipu dengan diri sendiri. Kita tak tahu, hakikatnya, berterusan dalam dosa itu adalah satu azab yang lebih perit dari di timpa bala bencana!"
Kerana itu, muhasabahlah dirimu wahai kawan. Jadilah orang yang beriman, dengan sebenar-benar iman. Kerana sesungguhnya, menjadi orang beriman itu sangat bahagia dan sangat indah!
عَجِبْتُ مِنْ أَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَ الْمُؤْمِنِ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ كَانَ ذَلِكَ لَهُ خَيْرًا وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ كَانَ ذَلِكَ لَهُ خَيْرًا
”Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia BERSYUKUR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia BERSABAR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.”
(HR Ahmad)
Bila di uji, kembalilah pada Allah.
Dalam satu dekade terakhir, beragam musibah mendera bangsa Indonesia. Dimulai dari krisis moneter sekitar tahun 1997 yang mendorong naiknya harga semua kebutuhan hidup primer dan skunder sehingga mayoritas masyarakat menjadi miskin dan sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penyebab keadaan ini sangat komplek, yang banyak disebut adalah karena kuatnya korupsi, kolusi dan nepotisme yang seakan membudaya pada rezim Orde Baru (dan sepertinya terus berlanjut hingga saat ini meski usaha untuk memberantasnya digalakkan), sehingga memaksa rezim ini runtuh dan digantikan oleh penguasa era reformasi. Belum lama pemerintah era reformasi membenahi Indonesia untuk lebih baik, beragam musibah kembali mendera, bencana alam datang silih berganti dari gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantahkan ujung pulau Sumatera Aceh dan sekitarnya menelan ratusan ribu korban jiwa dan harta benda yang tak ternilai, hingga gunung meletus, banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, lumpur, beragam kecelakaan sarana transportasi baik darat, laut maupun udara dan masih banyak lagi sederat musibah yang terjadi hingga saat ini terus menghampiri seolah tak pernah berhenti.
Bertanyalah kita mengapa semua ini terjadi? Dan Bagaimanakah seorang Muslim menyikapi?
Menjawab pertanyaan ini, kita mulai dari maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah menciptakan jin dan manusia tiada lain adalah untuk semata beribadah dan mengabdi dengan ikhlas kepadaNya.
Untuk menuntun umat manusia agar selalu berada pada jalan lurus yang diridhaiNya, Allah telah menurunkan Al-Qur’an melalui RasulNya Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Firman Allah:
الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ. البقرة:1-2
“Alif laam miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 1-2)
Al-Quran menjelaskan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan oleh manusia dan juga yang harus di jauhi untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat. Inilah jalan yang lurus yang harus dilewati manusia jika menginginkan keselamatan, keberuntungan dan kesuksesan di dunia hingga setelah masa kematiannya. Jika tidak maka kekakacauan sosial dan bencana akan menimpa manusia di dunia dan setelah kematiannya. Adanya kehidupan dunia yang bersambung terus ke alam setelah kematian adalah suatu ujian adakah manusia telah menyembah dan beribadah sesuai dengan kehendakNya. Firman Allah:
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ. الملك:1-2
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al-Mulk: 1-2)
Allah Maha Adil dalam menilai dan membalas amal perbuatan manusia. Barang siapa berbuat baik dengan sesamanya dan alam lingkungan sekitarnya maka balasan kebaikan diterima berupa ketentraman dan kesejahteraan hidup di dunia hingga akhirat dan sebaliknya siapa yang membuat kerusakan dan kekacauan pada sesama dan alam lingkungan sekitarnya, maka kekakacauan hidup dan bencana akan ia terima di dunia dan akhirat. Manusia adalah makhluk sosial, setiap tindakan individu akan berimplikasi pada individu yang lain. Dan setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap setiap apa yang ia kerjakan. Firman Allah:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ. الزلزلة: 1-2
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al-Zalzalah: 1-2)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. الروم: 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar-Rum: 41)
Dengan demikian beragam musibah baik berupa kesulitan hidup atau bencana alam bila kita lihat dari kaca mata ini dapat berarti:
1. Azab atau murka Allah kepada mahluknya karena telah melanggar kewajiban untuk selalu menyembah dan mengabdi kepadaNya dalam seluruh tindakan, baik dalam pergaulan dengan sesama atau alam sekitar. Korupsi, kolusi, nepotisme tak berdasar, riba, judi, zina, mencuri dan beragam maksiat lain yang dilarang Allah akan mengakibatkan kekacauan tatanan kehidupan manusia. Sementara perusakan alam akan mengakibatkan rusaknya ekosistem dan keteraturan alam. Semua kesulitan hidup dan bencana itu tidak hanya ditanggung oleh si pelaku tetapi juga semua orang di sekitarnya. Firman Allah:
وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ . ألأنفال: 25
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. (Al-Anfal: 25).
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّبِيٍّ إِلاَّ أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ . ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَواْ وَّقَالُواْ قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُم بَغْتَةً وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ . وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ . الأعراف: 95-97
“Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan”, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 95-97)
2. Ujian bagi orang yang beriman untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ . أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ. البقرة: 155-157
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah: 155-157)
Rasulullah SAW. bersabda:
عن آنس رضىالله عنه قال قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: إذا اراد الله بعبده الشر امسك عنه بذنبه حتى يوفى به يوم القيمة و قال النبى صلىالله عليه وسلم إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وان الله تعلى إذا احب قوما ابتلاهم فمن رضى فله الرضا ومن سخط فله السخط. رواه ترمذى
“Dari Anas RA berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Jika Allah menghendaki pada seorang hambanya dengan suatu kejelakan maka Allah akan menahan dosa-dosanya sehingga dia dibalas pada hari kiamat”, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya pahala yang besar itu disertai besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila Dia mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka maka barangsiapa yang ridha dengan ujian itu maka ia mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka murka Allah atas dia”. (HR. Tirmidzi).
Mohon pandangan ustaz tentang stigma masyarakat yang membuat andaian bahawa jika seseorang itu ditimpa musibah atau kesusahan, ia dikaitkan dengan tuduhan seperti dia pernah melakukan perkara yang tidak elok. Kemudian saya hendak kaitkan dengan ucapan ustaz bahawa kita sebagai manusia pernah buat salah. Adakah kesusahan yang Allah berikan itu kerana kesalahan dan dosa kita atau adakah ianya ujian daripada Allah SWT.
Jawapan:
Kaffarah juga disebut sebagai penghapus dosa. Dalam hadis-hadis Nabi SAW memang Nabi menyebut apabila seseorang ditimpa kesakitan, walaupun terkena duri, dengan terkena duri itu diampunkan dosanya yang lalu. Maksudnya ia ujian yang Allah SWT berikan sebagai satu kaffarah.
Cuma dosa mana yang diampunkan kita tidak tahu. Kita buat banyak dosa. Kata Nabi di dalam hadis, dosa-dosa kecil diampunkan dengan wudhu. Juga dosa-dosa kecil boleh diampunkan dengan umrah.
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Maksudnya: “Antara satu umrah ke satu umrah yang lain menghapuskan dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada ganjaran baginya melainkan syurga.” (riwayat Al Bukhari dan Muslim)
Kita terima dan percaya bahawa ianya sebagai pengampunan dosa tetapi kita tidak mengetahui dosa mana yang diampunkan, yang pasti ia adalah pengampunan dosa-dosa yang kecil. Begitu juga dengan hadis Nabi SAW,
اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها ، وخالق الناس بخلق حسن
Maksudnya: “Bertaqwalah kamu kepada Allah SWT di mana sahaja kamu berada. Dan susulilah keburukan dengan kebaikan, kerana sesungguhnya kebaikan akan menghapuskan keburukan. Dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang mulia.” (Riwayat At Tirmizi dan Ahmad)
Itu juga dalil penghapusan dosa. Para ulama bersepakat bahawa hadis-hadis seperti ini membicarakan tentang pengampunan dosa-dosa yang kecil. Adapun dosa-dosa besar yang telah dilakukan perlu kembali kepada taubat nasuha.
Taubat nasuha
Taubat nasuha tidak ada kriteria tertentu cuma ia merupakan satu taubat yang dinamakan nasuh sebab wujud di sana beberapa syarat seperti melahirkan rasa bersalah dalam diri, memohon pengampunan Allah SWT dan berjanji untuk tidak mengulanginya, serta sudah semestinya dilakukan secara ikhlas kerana Allah SWT dan bukan kerana paksaan. Empat syarat ini merupakan syarat penting dalam seseorang itu hendak bertaubat kepada Allah SWT. Itu yang dipanggil taubat nasuha, bertujuan untuk menghapus dosa besar.
Allah menguji manusia untuk memberi ruang pengampunan dosa bagi hamba-hamba-Nya. Orang sakit memang diampunkan dosanya. Sebab itu Nabi SAW memberikan khabar gembira bagi orang yang sakit.
Kepercayaan sial
Saya pernah berkhidmat di IJN dan saya melihat masyarakat kita ada yang percaya kepada sial, contohnya mengatakan perkara ini berlaku sebab terlanggar biawak atau sebagainya. Perkara seperti ini dinamakan Ath-Thiarah yakni percaya kepada sial. Kata Nabi di dalam hadis,
الطيرة شرك، الطيرة شرك، الطيرة شرك
Maksudnya: “Percaya kepada sial itu syirik, percaya kepada sial itu syirik, percaya kepada sial itu syirik.” (riwayat Abu Daud)
Perkataan Thiarah itu dipetik daripada perkataan at-thair yang bererti burung. Orang arab jahiliyah dahulu sebelum mereka keluar daripada rumah mereka akan melepaskan burung. Mereka mempercayai sekiranya burung itu terbang ke arah kanan bererti nasib pada hari itu baik dan jika burung terbang ke sebelah kiri menunjukkan nasib buruk atau sial dan tidak boleh keluar rumah pada hari itu. Ini asal kepercayaan kepada sial.
Unsur-unsur seperti ini turut meresap dalam masyarakat melayu seperti kepercayaan melanggar binatang, anjing hitam melintas perlu patah balik dari perjalanan, kemalangan berlaku disebabkan hal-hal seumpama itu, maka dia melihat keburukan yang berlaku kepadanya disebabkan perkara-perkara ini. Ini dinamakan percaya kepada sial dan di dalam Islam ia membawa kepada kesyirikan.
Ini perkara yang serius kerana kita seharusnya beriman bahawasanya Allah SWT menguji dan menentukan baik buruk dalam kehidupan manusia untuk memastikan siapakah di kalangan hamba-Nya yang memiliki amal perbuatan yang terbaik seperti yang Allah sebutkan di dalam surah Al-Mulk,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Maksudnya: “(Dia) Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang mempunyai amal yang terbaik.” (surah Al Mulk, 67: 2)
Hakikatnya., bila kita buat maksiat, dan kita tak di timpa azab dan kesusahan, dan di sebabkan itu kita rasa bebas dan tak takut Allah sebab Allah tak berikan "azab" direct, ketahuilah sebenarnya kita telah tertipu dengan diri sendiri. Kita tak tahu, hakikatnya, berterusan dalam dosa itu adalah satu azab yang lebih perit dari di timpa bala bencana!
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ Maksudnya :"Tidak akan masuk syurga seseorang yang dalam hatinya ada sebesar zarah rasa takabbur" [Sahih Muslim : Book of Faith, 166]
MEMBAZIR AMALAN SYAITAN إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا Maksudnya:"Sesung...
-
REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb Saya sedih dengan merebaknya kasus hamil di luar nikah di masyarakat saya tinggal saat ini. Sepert...
-
Mengapa perlu sombong? Kisah kebinasaan makhluk Allah sejak dahulu perlu dijadikan iktibar Oleh HASHIM AHMAD 26 Mei 2015 3:18 PM 8 S...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan